tren staycation

Ledakan Tren Staycation di Indonesia: Liburan Praktis yang Makin Diminati

Read Time:5 Minute, 24 Second

◆ Munculnya Fenomena Staycation di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, muncul tren wisata baru di Indonesia yang dikenal dengan istilah staycation — liburan singkat yang dilakukan di kota tempat tinggal sendiri atau kota terdekat, biasanya dengan menginap di hotel atau penginapan unik tanpa agenda wisata padat. Fenomena ini melonjak tajam pasca-pandemi COVID-19, ketika masyarakat mulai mencari cara liburan yang aman, praktis, dan hemat waktu.

Staycation menjadi solusi bagi masyarakat urban yang lelah dengan rutinitas, tapi tidak punya cukup waktu untuk cuti panjang atau perjalanan jauh. Cukup dengan akhir pekan, mereka bisa menikmati pengalaman “liburan mini” tanpa kerepotan menempuh perjalanan jauh, antre di bandara, atau memikirkan itinerary rumit.

Popularitas staycation juga didorong oleh perkembangan platform pemesanan hotel daring, yang memudahkan wisatawan menemukan promo menginap, paket all-in, atau hotel instagramable hanya dengan beberapa klik. Banyak hotel yang awalnya sepi di masa pandemi justru bertahan dan bangkit kembali berkat booming staycation lokal.


◆ Alasan Staycation Jadi Favorit Wisatawan

Ada banyak alasan mengapa staycation begitu diminati, terutama oleh kalangan milenial dan Gen Z di kota besar Indonesia. Faktor utama adalah kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkannya, di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan padat aktivitas.

Pertama, hemat waktu dan tenaga. Tidak perlu menempuh perjalanan jauh atau cuti panjang. Hanya dengan akhir pekan, orang bisa rehat dari rutinitas tanpa kehilangan banyak waktu kerja atau kuliah. Ini membuat staycation cocok bagi mereka yang jadwalnya padat.

Kedua, biaya yang lebih terjangkau. Tanpa tiket pesawat atau transportasi jarak jauh, pengeluaran utama hanya untuk penginapan dan konsumsi. Banyak hotel menawarkan paket bundling dengan sarapan, spa, hingga aktivitas keluarga, membuatnya lebih hemat daripada perjalanan konvensional.

Ketiga, memberi ruang untuk relaksasi total. Tidak seperti liburan biasa yang penuh agenda, staycation lebih fokus pada istirahat, memanjakan diri, dan menikmati fasilitas penginapan. Tujuan utamanya bukan menjelajah destinasi, tapi mengisi ulang energi mental dan fisik yang terkuras oleh rutinitas.


◆ Jenis-Jenis Staycation yang Populer

Staycation tidak melulu berarti menginap di hotel bintang lima. Seiring berkembangnya tren ini, muncul berbagai variasi staycation yang disesuaikan dengan gaya hidup dan minat wisatawan muda Indonesia.

1. Hotel Mewah di Tengah Kota
Tipe ini paling umum: menginap 1–2 malam di hotel berbintang di kota sendiri. Biasanya dilakukan untuk quality time bersama pasangan, self-healing, atau sekadar “kabur” dari rutinitas rumah dan kantor. Fasilitas seperti kolam renang, spa, dan sarapan hotel menjadi daya tarik utama.

2. Boutique Staycation & Instagramable Stay
Banyak anak muda memilih penginapan kecil yang estetik dan unik untuk konten media sosial. Interior artistik, spot foto cantik, dan pengalaman eksklusif lebih mereka utamakan daripada ukuran atau bintang hotel.

3. Villa atau Glamping di Pinggir Kota
Staycation jenis ini menyasar keluarga atau teman-teman yang ingin suasana tenang dekat alam tanpa jauh-jauh dari kota. Lokasinya biasanya di kawasan pegunungan, danau, atau pantai terdekat. Konsep glamping (glamorous camping) juga semakin diminati.

4. Workcation
Gabungan antara work from home dan liburan. Biasanya dilakukan freelancer atau pekerja remote yang ingin mengganti suasana kerja tanpa kehilangan produktivitas. Hotel menyediakan meja kerja, Wi-Fi cepat, dan layanan laundry agar tamu bisa kerja sekaligus healing.


◆ Dampak Ekonomi dari Tren Staycation

Ledakan staycation membawa dampak besar bagi industri pariwisata Indonesia, terutama sektor perhotelan yang sempat terpukul berat saat pandemi. Banyak hotel yang sebelumnya bergantung pada wisatawan asing kini mengalihkan fokus ke pasar domestik dengan mengemas paket staycation menarik.

Pendapatan hotel, restoran, spa, dan penyedia layanan hiburan di kota-kota besar melonjak karena permintaan lokal meningkat. UMKM sekitar hotel seperti kafe, toko suvenir, hingga penyedia transportasi lokal juga ikut terdongkrak karena wisatawan tetap berbelanja dan kulineran di sekitar lokasi menginap.

Selain itu, staycation membantu menyebarkan aktivitas ekonomi ke kawasan non-wisata. Banyak pengembang properti kini membangun resort mini atau guest house eksklusif di pinggiran kota, menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Dampak ekonominya lebih merata dibanding pariwisata massal yang terkonsentrasi di destinasi besar.


◆ Tantangan dalam Pertumbuhan Staycation

Meski pertumbuhannya pesat, tren staycation juga menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan agar tetap berkelanjutan. Salah satunya adalah risiko kejenuhan pasar. Jika terlalu banyak hotel bersaing hanya lewat diskon, kualitas layanan bisa menurun dan pelanggan kehilangan minat.

Tantangan lain adalah standar kualitas yang tidak merata. Banyak penginapan kecil ikut meramaikan pasar staycation, tapi belum semua memiliki pelayanan profesional atau fasilitas memadai. Jika tamu kecewa, reputasi destinasi staycation bisa turun dengan cepat di media sosial.

Selain itu, ada potensi overkomersialisasi yang mengurangi nilai relaksasi staycation itu sendiri. Jika terlalu diarahkan menjadi ajang konsumsi atau konten media sosial semata, makna staycation sebagai sarana self-care bisa hilang. Perlu keseimbangan antara nilai komersial dan pengalaman personal yang tenang.


◆ Strategi Mengembangkan Staycation secara Berkelanjutan

Agar tren staycation tetap tumbuh sehat, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan pelaku industri pariwisata dan pemerintah daerah:

  • Peningkatan standar layanan dan fasilitas untuk memastikan pengalaman menginap selalu memuaskan, meski harga terjangkau.

  • Inovasi konsep unik dan personalisasi agar penginapan tidak sekadar tempat tidur, tapi memberi pengalaman berbeda seperti spa tematik, private cinema, atau kelas memasak lokal.

  • Kolaborasi dengan UMKM lokal agar produk lokal bisa dipasarkan ke tamu hotel, menciptakan ekosistem ekonomi berkelanjutan.

  • Pemasaran digital kreatif lewat media sosial, influencer, dan review pengguna agar lebih menarik generasi muda.

  • Penerapan prinsip ramah lingkungan seperti pengurangan plastik sekali pakai, pengelolaan sampah, dan efisiensi energi agar staycation tidak berdampak negatif ke lingkungan kota.

Dengan pendekatan ini, staycation bisa menjadi salah satu motor pemulihan pariwisata Indonesia tanpa merusak kualitas hidup kota dan lingkungan sekitarnya.


◆ Masa Depan Staycation di Indonesia

Melihat tren yang terus naik, masa depan staycation di Indonesia terlihat cerah. Gaya hidup masyarakat urban yang semakin sibuk membuat kebutuhan akan liburan singkat kian tinggi. Selain itu, budaya kerja fleksibel pasca-pandemi juga membuat orang lebih mudah mengambil waktu rehat di sela kesibukan.

Ke depan, staycation diperkirakan akan semakin mengarah pada pengalaman wellness dan slow living. Wisatawan tidak hanya ingin istirahat fisik, tapi juga menyegarkan mental melalui aktivitas mindfulness seperti yoga, meditasi, spa, dan pola makan sehat selama menginap.

Banyak pengamat memprediksi bahwa staycation akan menjadi tulang punggung industri pariwisata domestik Indonesia. Bahkan ketika wisatawan asing sudah kembali, permintaan dari pasar lokal diperkirakan akan tetap tinggi karena staycation telah menjadi bagian gaya hidup masyarakat kota besar.


◆ Penutup

Ledakan tren staycation menunjukkan bahwa pariwisata tidak selalu harus berarti perjalanan jauh dan mahal. Generasi muda Indonesia kini lebih memilih liburan singkat yang fokus pada kualitas waktu, relaksasi, dan kenyamanan.

Meski penuh tantangan, staycation memberi peluang besar untuk menggerakkan ekonomi lokal, memperkuat industri perhotelan, dan membentuk budaya liburan baru yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan inovasi dan pengelolaan yang tepat, staycation bisa menjadi wajah baru pariwisata Indonesia di era modern.


Referensi:

  1. Wikipedia – Tourism in Indonesia

  2. Wikipedia – Staycation

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
digital nomad Previous post Fenomena Digital Nomad di Kalangan Generasi Muda Indonesia
protes Next post Protes Agustus 2025 di Indonesia: Tuntutan Rakyat, Respons Pemerintah, dan Dampaknya