Demands

17+8 Demands: Tuntutan Mahasiswa yang Menggema dan Mengubah Peta Politik Indonesia

Read Time:3 Minute, 22 Second

17+8 Demands: Gerakan Mahasiswa yang Mengguncang Indonesia

Gerakan 17+8 Demands mahasiswa menjadi salah satu fenomena politik terbesar di Indonesia pada tahun 2025. Bermula dari aksi unjuk rasa yang terjadi di berbagai kota besar pada Agustus hingga September, mahasiswa dari berbagai universitas berkumpul menyuarakan aspirasi mereka. Gerakan ini tidak hanya menuntut perubahan jangka pendek tetapi juga memberikan daftar tuntutan jangka panjang yang bisa memengaruhi arah politik, ekonomi, dan sosial Indonesia.

Fenomena ini bahkan menjadi trending topic di Google Trends Indonesia pada tanggal 4 September 2025. Tidak heran, karena dampaknya begitu luas: mulai dari dunia politik, peran influencer, hingga ekonomi nasional.


◆ Latar Belakang Gerakan 17+8 Demands

Gelombang protes mahasiswa bukanlah hal baru di Indonesia. Sejak era Orde Baru, mahasiswa sering kali menjadi motor penggerak perubahan. Namun, 17+8 Demands mahasiswa membawa warna baru karena tuntutannya lebih terstruktur, modern, dan terkoordinasi melalui media sosial.

Protes ini muncul sebagai respon terhadap beberapa isu krusial:

  • Kenaikan tunjangan anggota DPR yang dianggap berlebihan.

  • Rancangan kebijakan kontroversial terkait militer dan sipil.

  • Tuntutan transparansi anggaran di berbagai lembaga negara.

Melalui media sosial seperti TikTok, X (Twitter), dan Instagram, gerakan ini berkembang pesat. Tagar #17plus8Demands dan #KaburAjaDulu mendominasi linimasa, membuat isu ini bukan hanya konsumsi politikus, tapi juga anak muda.

Peran Influencer

Uniknya, sejumlah influencer ikut menyuarakan gerakan ini. Nama seperti Jerome Polin dan Salsa Erwina muncul di barisan depan sebagai simbol bahwa mahasiswa dan generasi Z benar-benar peduli politik. Ini menjadikan protes bukan hanya aksi lapangan, tapi juga gerakan digital dengan daya jangkau luas.


◆ Isi Tuntutan: 17 Jangka Pendek dan 8 Jangka Panjang

Sesuai namanya, 17+8 Demands mahasiswa berisi 17 tuntutan jangka pendek dan 8 tuntutan jangka panjang.

  • 17 Tuntutan Jangka Pendek mencakup hal-hal yang bisa segera dilaksanakan, seperti pembatalan kenaikan tunjangan DPR, penghentian revisi UU yang kontroversial, hingga audit transparansi anggaran kementerian.

  • 8 Tuntutan Jangka Panjang lebih strategis, seperti reformasi militer, perbaikan sistem pendidikan nasional, hingga penguatan kebebasan pers.

Mahasiswa menganggap bahwa kombinasi tuntutan ini adalah “jalan tengah” untuk perbaikan cepat sekaligus visi perubahan ke depan.


◆ Respons Pemerintah dan DPR

Respons pemerintah awalnya terkesan defensif. Beberapa pejabat menyebut aksi ini sebagai “gerakan emosional anak muda”. Namun, semakin hari tekanan publik makin kuat, hingga akhirnya DPR menunda rencana kenaikan tunjangan.

Bahkan, sempat ada wacana reformasi struktural di tubuh TNI dan pengkajian ulang UU pertahanan yang dianggap mengekang sipil. Hal ini membuktikan bahwa suara mahasiswa tetap punya kekuatan besar dalam demokrasi Indonesia.

Namun, tidak sedikit juga yang skeptis, menyebut tuntutan mahasiswa “terlalu muluk” dan sulit direalisasikan dalam waktu singkat.


◆ Dampak Ekonomi dan Sosial

Tak bisa dipungkiri, 17+8 Demands mahasiswa juga memengaruhi kondisi ekonomi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami tekanan, dan nilai tukar rupiah ikut melemah karena investor asing melihat adanya ketidakstabilan politik.

Dari sisi sosial, gerakan ini memicu kesadaran baru generasi muda akan politik. Diskusi di kampus, kafe, hingga media sosial didominasi pembicaraan tentang tuntutan mahasiswa. Bahkan, muncul komunitas baru yang fokus pada edukasi politik anak muda.


◆ Peran Media Sosial dalam Gerakan

Tidak bisa dipungkiri, kekuatan gerakan ini ada pada media sosial. Tagar trending, video viral, hingga meme politik membuat isu ini terus berada di atas radar publik.

TikTok menjadi platform paling dominan, dengan ribuan video edukasi singkat yang membahas isi tuntutan. Hal ini membuat gerakan politik yang biasanya “berat” menjadi lebih mudah dipahami publik luas.


◆ Pro dan Kontra di Masyarakat

Meski banyak yang mendukung, gerakan ini juga menuai kritik.

  • Pendukung melihat ini sebagai bukti nyata demokrasi hidup.

  • Penentang menilai gerakan ini tidak realistis dan penuh campur tangan pihak berkepentingan.

Namun, diskusi publik yang lahir dari gerakan ini tetap sehat untuk demokrasi.


Kesimpulan: 17+8 Demands dan Masa Depan Politik Indonesia

Gerakan 17+8 Demands mahasiswa membuktikan bahwa suara anak muda masih punya pengaruh besar dalam politik Indonesia. Meski belum semua tuntutan bisa terwujud, langkah ini memberi tekanan nyata pada pemerintah dan membuka ruang diskusi baru di masyarakat.

Penutup

Perjalanan demokrasi Indonesia tidak pernah mudah. Namun, gerakan seperti ini menjadi pengingat bahwa politik bukan hanya urusan elit, tapi juga suara rakyat, terutama generasi muda.


📌 Referensi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Ekowisata Digital Previous post Ekowisata Digital 2025: Pariwisata Hijau, Inovasi Teknologi, dan Pengalaman Berkelanjutan
Asian Games 2025 Next post Asian Games 2025: Prestasi Atlet Indonesia, Catatan Rekor, dan Harapan Emas