
CEO Xiaomi Tegaskan Mobil Listrik Xiaomi Tidak Akan Diekspor ke Luar Negeri Sebelum 2027
Xiaomi Fokus di Tiongkok, Ekspor Mobil Listrik Ditunda Hingga 2027

Kabar mengejutkan datang dari CEO Xiaomi, Lei Jun, yang menegaskan bahwa mobil listrik Xiaomi tidak akan diekspor ke luar negeri sebelum 2027. Hal ini menjadi sorotan global mengingat antusiasme dunia otomotif terhadap Xiaomi SU7—mobil listrik pertama yang baru saja diluncurkan pada kuartal awal 2025.
Dalam wawancara terbaru yang dilakukan saat ajang teknologi di Beijing, Lei Jun mengungkap bahwa Xiaomi ingin memastikan stabilitas pasar dalam negeri sebelum memperluas distribusi secara global. Keputusan ini tentu mengubah ekspektasi banyak pihak yang semula berharap Xiaomi akan segera mendistribusikan SU7 ke pasar internasional, termasuk Asia Tenggara dan Eropa.
Penundaan ekspor ini menunjukkan betapa seriusnya Xiaomi dalam membangun pondasi pasar otomotif listrik mereka. Mereka tak ingin terburu-buru. Lei Jun menyebut bahwa keberhasilan di pasar lokal adalah kunci untuk sukses global—strategi yang juga digunakan oleh Tesla dan BYD saat mereka pertama kali meluncurkan EV.
Fokus Pengembangan Teknologi di Negeri Sendiri
1. Infrastruktur Baterai dan Produksi Belum Siap untuk Skala Global
Salah satu alasan utama Xiaomi belum akan mengekspor mobil listriknya adalah kesiapan infrastruktur produksi dan pasokan baterai. Lei Jun menegaskan bahwa Xiaomi saat ini masih fokus memperkuat jaringan rantai pasok, termasuk kemitraan dengan CATL dan perusahaan manufaktur baterai lokal lainnya.
Kapasitas produksi Xiaomi Auto saat ini belum cukup untuk memenuhi permintaan ekspor, bahkan pesanan dalam negeri pun melebihi ekspektasi. Tercatat lebih dari 70.000 pre-order SU7 masuk hanya dalam beberapa minggu setelah peluncuran. Dengan kondisi ini, Xiaomi memilih untuk tidak mengorbankan kualitas demi ekspansi terlalu cepat.
Selain itu, distribusi EV ke luar negeri membutuhkan sertifikasi, adaptasi teknis, serta sistem layanan purna jual yang rumit. Xiaomi ingin memastikan semua itu matang terlebih dahulu sebelum melakukan penetrasi global. Fokus mereka saat ini adalah penyempurnaan produksi, software berbasis HyperOS, dan pengembangan fitur otonom khusus untuk kondisi jalan di Tiongkok.
2. Target 2027: Xiaomi Global EV Strategy
Meski belum akan ekspor sebelum 2027, Xiaomi memiliki roadmap strategis jangka panjang untuk pasar EV global. Pada tahun tersebut, mereka berencana memperkenalkan versi ekspor SU7 atau mungkin seri baru yang telah disesuaikan dengan kebutuhan negara target.
Fokus pada Tiongkok hingga 2027 juga berarti Xiaomi bisa mengumpulkan data masif dari pengemudi lokal. Data ini sangat penting untuk pengembangan sistem AI, keamanan jalan, serta peningkatan fitur konektivitas HyperOS yang menjadi ciri khas SU7. Dengan data ini, Xiaomi berharap ketika ekspor dimulai, mobilnya sudah benar-benar matang dan kompetitif.
Dampak terhadap Pasar Global dan Ekspektasi Konsumen
Ekspektasi Konsumen Global Terpaksa Harus Bersabar
Keputusan Lei Jun ini tentu menjadi kabar kurang menyenangkan bagi para penggemar teknologi dan otomotif di luar Tiongkok. Banyak yang sudah berharap untuk melihat SU7 meluncur di negara mereka dalam waktu dekat. Desain futuristik, fitur AI canggih, dan harga kompetitif membuat mobil listrik Xiaomi menjadi incaran di berbagai forum otomotif internasional.
Namun demikian, sebagian analis justru menyambut positif langkah ini. Menurut mereka, ekspansi global yang terlalu dini bisa membuat Xiaomi kewalahan dan justru merusak reputasi mereka jika tidak bisa memberikan pelayanan purna jual memadai. Penundaan ini dianggap sebagai bentuk kedewasaan strategi bisnis Xiaomi.
Untuk konsumen Indonesia misalnya, banyak netizen di media sosial yang sudah menanyakan kapan SU7 masuk. Dengan adanya pernyataan ini, setidaknya ekspektasi bisa lebih realistis. Meski kecewa, sebagian besar memahami bahwa pasar Tiongkok memang prioritas utama.
Ancaman dan Peluang di Tengah Ketatnya Persaingan
Keputusan untuk menunda ekspor membuka peluang bagi kompetitor lain, seperti BYD, Wuling, dan Hyundai, yang sudah lebih dulu menjajaki pasar luar negeri termasuk Indonesia. Namun, Xiaomi tampaknya tidak terlalu khawatir. Mereka yakin ketika waktunya tiba, produk mereka akan siap bersaing di pasar mana pun.
Bahkan Lei Jun menyebut bahwa mereka tidak ingin bersaing lewat harga saja, tapi juga lewat pengalaman pengguna terbaik, software terintegrasi, dan ekosistem AIOT Xiaomi yang menyatu antara mobil, smartphone, dan perangkat rumah. Hal ini menjadi keunggulan kompetitif unik Xiaomi yang tak dimiliki produsen mobil tradisional.
Strategi Jangka Panjang yang Realistis
Mobil listrik Xiaomi tidak diekspor sebelum 2027 bukanlah tanda kelemahan, tapi strategi yang sangat terukur. Dengan potensi pasar domestik yang sangat besar, Xiaomi ingin memastikan semua aspek siap—mulai dari produksi massal, layanan purna jual, hingga teknologi berbasis HyperOS.
Dengan langkah ini, Xiaomi menunjukkan bahwa mereka serius ingin menjadi pemain besar, bukan hanya “viral sesaat”. Dan ketika tahun 2027 tiba, bukan tak mungkin Xiaomi akan muncul sebagai penantang serius di pasar mobil listrik global.